Minggu, 12 November 2017

21 Tanda Ginjal Anda Mulai Rusak

Penyakit gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang lambat dalam waktu beberapa tahun. Pada akhirnya, pasien mengalami gagal ginjal permanen. Sayangnya, diawal gejala penyakit ini seringkali tak terdeteksi dan tak terdiagnosis.

Bukan hal yang aneh jika orang baru menyadari kalau mereka telah mengalami gagal ginjal ketika fungsi ginjal mereka turun hingga tinggal 25 persen dari kondisi normal. Seiiring dengan makin buruknya fungsi ginjal, racun dan cairan berbahaya akan semakin cepat menumpuk di tubuh.


Parahnya, gagal ginjal tak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan ditujukan hanya untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan penyakit yang biasanya dilakukan dengan mengendalikan penyebab utamanya. Sementara ginjal takkan bisa pulih seperti sediakala.

Berikut beberapa hal penting yang harus diketahui tentang penyakit gagal ginjal kronis:

  • Gejala paling umum dari sakit ginjal adalah adanya darah dalam urin (air seni), tekanan darah tinggi, dan mengalami kelelahan akut.
  • Penyebab gagal ginjal biasanya dikarenakan penyakit diabetes atau penyakit ginjal spesifik, termasuk penyakit ginjal polisistik.
  • Tak ada obat untuk penyakit gagal ginjal kronis, pengobatan yang dilakukan fokus hanya pada mengurangi gejala.
  • Diagnosis biasanya didapat setelah tes darah, scan ginjal, atau biopsi.

Gejala Penyakit Gagal Ginjal Kronis

Penyakit gagal ginjal kronis (GGK) berbeda dengan Gagal ginjal akut (GGA). Gagal ginjal akut (GGA) biasanya disebabkan oleh sebuah peristiwa yang mengarah kepada kerusakan  ginjal, seperti dehidrasi, kehilangan banyak darah ketika operasi besar atau cedera, bisa juga karena penggunaan obat-obatan. Sementara Penyakit ginjal kronis (GGK) biasanya disebabkan oleh penyakit jangka panjang, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, yang secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi ginjal dari waktu ke waktu.

Bagi orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit ginjal, sangat penting untuk memeriksakan kesehatan ginjal mereka secara teratur. Deteksi dini juga dapat secara signifikan membantu mencegah terjadinya kerusakan ginjal serius.


Tanda dan gejala yang paling umum dari penyakit ginjal kronis meliputi:

  1. Anemia
  2. Terdapat darah dalam urin
  3. Urin berwarna gelap
  4. Menjadi kurang awas, sulit fokus
  5. Penurunan jumlah urin
  6. Edema - kaki bengkak, tangan, dan pergelangan kaki (juga terjadi di wajah jika edema parah)
  7. Kelelahan akut
  8. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  9. Insomnia
  10. Kulit gatal, bisa sampai parah
  11. Kehilangan selera makan
  12. Ketidakmampuan pria untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi)
  13. Sering buang air kecil, terutama di malam hari
  14. Kram otot
  15. Otot berkedut
  16. Mual
  17. Nyeri di samping atau pertengahan ke bawah punggung
  18. Napas pendek (sesak nafas)
  19. Terdapat kandungan protein dalam urin
  20. Perubahan berat badan secara mendadak
  21. Sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan
Jika Anda mengalami satu atau lebih gejala diatas secara terus menerus dalam jangka waktu lama, maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Tanyakan apakah ada kemungkinan Anda telah terkena gejala penyakit ginjal. Bila dokter menyarankan dilakukan tes menyeluruh, jangan sungkan untuk melakukannya.

Tips Meningkatkan Daya Ingat Secara Permanen

Apakah Anda orang yang punya masalah dalam mengingat nama orang? Atau, mungkin Anda termasuk yang susah untuk mengikuti alur film atau buku sampai harus selalu bertanya pada orang lain, berusaha untuk mengerti.

Anda akan ingat hal yang penting seperti hari ulang tahun orang terkasih, tapi sering lupa dimana mobil diparkir. Ada alasan mengapa Anda begitu mudah lupa pada detail-detail kecil. Dan tentu saja, ada jalan untuk mengubah Anda agar bisa menyerap informasi lebih mudah dan mampu mengingatnya untuk jangka waktu yang lama.


Bagaimana Cara Mengingat Segalanya

Hermann Ebbingus adalah seorang psikolog asal Jerman yang mengembangkan metode eksperimental yang dapat dipercaya secara ilmiah tentang pengukuran daya ingat secara kuantitatif. Di akhir tahun 1870-an,  Ebbingus tertarik untuk mengetahui cara kerja ingatan manusia dan memustuskan untuk melakukan penelitian.

Hasil penelitian Ebbingus disebut sebagai 'Forgetting Curve' (Kurva Kelupaan), yang mengukur kapan kita akan mulai melupakan informasi baru. Ebbinghaus menemukan bahwa sejumlah besar informasi yang dipelajari seseorang, akan mulai terlupakan setelah 20 menit pertama. Lebih dari separuh materi yang dipelajari akan terlupakan dalam jarak waktu 1 jam.


Meski ia kehilangan hampir 2/3 materi setelah satu hari, ingatan pada materi/data tersebut tidak akan lagi menurun jauh bila melampai periode tersebut. Dengan kata lain, jika suatu informasi disimpan selama sehari, maka ia akan tetap diingat seterusnya.


Ebbingus juga mengenalkan teori lainnya yang disebut 'The Spacing Effect' (Efek Jarak). Teori ini menyatakan bahwa kita akan lebih baik dan mudah belajar sesuatu jika kita mempelajari berulang-ulang, dengan periode waktu yang panjang dibandingkan mencoba mempelajari sesuatu dalam waktu singkat.

Sebagai contoh, menjejalkan seluruh pelajaran hanya dalam satu malam menjelang ujian tidak akan efektif dibanding belajar berangsur-angsur selama seminggu sebelumnya. Teori itu juga mengatakan, efek jarak spasi digunakan lebih baik untuk informasi yang ingin Anda ingat untuk jangka waktu yang lama. Tapi jika Anda ingin menyimpan memori Anda hanya untuk waktu singkat, menjejalkan seluruh materi mungkin bisa jadi triknya.

Teknik Pengulangan Berjarak

Mari kita kombinasikan kedua prinsip diatas untuk membantu memperkuat daya ingat, cara ini disebut teknik pengulangan berjarak (The Spaced Repetition Technique).

Untuk Ingatan Jangka Pendek

Pengulangan pertama --> Begitu selesai belajar
Pengulangan kedua --> Setelah 15-20 menit
Pengulangan ketiga --> Setelah 6-8 jam
Pengulangan keempat --> Setelah 24 jam

Untuk Ingatan Jangka Panjang

Pengulangan pertama --> Begitu selesai belajar
Pengulangan kedua --> Setelah 20-30 menit
Pengulangan ketiga --> Setelah 1 hari
Pengulangan keempat --> Setelah 2-3 minggu
Pengulangan kelima --> Setelah 2-3 bulan

Teknik ini persis seperti kata pepatah; 'Lancar Kaji karena diulang'



8 Tips lain untuk mempertajam daya ingat

Jika Anda masih butuh sedikit bantuan untuk bisa mempunyai daya hafal dan ingatan yang kuat, berikut delapan tips lain yang bisa Anda latih:

  1. Memahami apa yang sedang Anda pelajari akan mempermudah mengingat informasi dari memori kita.
  2. Prioritaskan apa yang paling penting yang harus Anda pelajari, ini akan membuat Anda hanya mengingat informasi yang paling dibutuhkan.
  3. Pertimbangkan bahwa memori otak kita lebih mudah mengingat segala sesuatu diawal dan diakhir, ini dikenal sebagai efek penentuan posisi (The serial position effect).
  4. Ingatan yang mirip akan mudah tercampur, jadi saat Anda sedang mengingat sesuatu, sering-seringlah beralih topik. Ini disebut sebagai Teori Interferensi (interference theory).
  5. Sesuatu yang berlawanan biasanya akan mudah diingat, jadi saat mengingat sesuatu, ingat juga lawan kata dari yang ingin Anda ingat.
  6. Gunakan kata-kata kunci; inti dari teknik ini adalah untuk menghubungkan satu data dengan data lainnya. Sehingga, jika Anda ingat kata 'kunci'nya, Anda akan mengingat seluruh bagian informasi.
  7. Jika Anda sedang belajar bahasa baru, hubungkan (asosiasi) kata-kata baru dengan kata-kata yang telah Anda ketahui sebelumnya agar mudah diingat.
  8. Bayangkan (visualisasikan) dan gunakan bahasa tubuh saat belajar sesuatu, ini akan memicu otot memori di otak dan membuat lebih mudah diingat.

Jumat, 10 November 2017

Wow, Pohon-pohon Ini Telan Benda Disekitarnya

Ketika sebuah pohon tumbuh, ia akan terus berkembang dan membesar. Namun ketika ada sesuatu yang menghalangi pertumbuhannya, ia dapat melakukan tiga hal; berhenti tumbuh, menjauhi rintangan, atau malah 'menelan' benda yang menghalanginya.

Entah itu sepeda motor, bangku taman, marka jalan, atau bahkan mobil, banyak foto yang membuktikan bahwa kekuatan alam dari sebuah pohon bisa tak terbendung. Meski prosesnya membutuhkan waktu berpuluh tahun, tetap saja kita dibuat takjub akan kemampuan pohon ini.

Berikut adalah contoh dari berbagai pohon yang menelan benda di berbagai penjuru dunia. Banyak dari gambar luar biasa ini menunjukkan betapa kuatnya pohon yang tumbuh di sekitar benda-benda yang menghalangi pertumbuhannya.

Foto-foto ini telah menjadi viral di dunia maya selama bertahun-tahun.

Mungkin karena jarang digunakan, bangku taman ini mulai 'dimakan' pohon

Bangku di pinggir jalan pemakaman, indikasi nyata tak ada yang suka berlama-lama duduk disini

Papan peringatan dilarang berenang nyaris tenggelam dimangsa pohon

Butuh waktu lama hingga batu nisan ini nyaris tenggelam. Pada beberapa kasus bahkah hingga 30 tahun.

Orang yang kreatif menambahkan mata di pagar yang 'digigit' si pohon

Terlalu lama bersandar di pohon, sepeda ini jadi 'korban'

Satu lagi kasus terlalu lama parkir.

Satu lagi...


Padahal tulisan marka ini sangat jelas; 'STOP', jangan makan aku! tapi pohon tak peduli.

Selamat tinggal sepeda..

Dari karangan bunga yang diletakkan, keluarga yang ditinggalkan tampaknya ikhlas makam orang yang dicintanya dilahap pohon.

Kira-kira apa cerita dibalik sepatu es ini bisa 'nyangkut' di pohon?

Pagar tak mampu menghalangi pertumbuhan sang pohon




'No Exit' disini mungkin artinya si penanda jalan minta tolong karena tak bisa keluar dari batang pohon

Keran air yang tertelan pohon masih berfungsi dengan baik

Hanya butuh beberapa tahun lagi sebelum papan larangan masuk ini benar-benar lenyap tertelan

Pipa besi pun dilumat

Batu besar bukan halangan

Patung Budha ini 'dilindungi' akar-akar pohon beringin

Yang satu ini 'no comment'

Hamka Muda Itu Bernama Ustad Abdul Somad

Tulisan sederhana ini bukan bermaksud membanding-bandingkan, melebihkan yang satu mengurangi yang lain, memuji-muji dan mengangkat yang satu merendahkan yang lain. Antara pribadi Buya Hamka (1908-1981) dengan seorang ustad yang sekarang sedang naik daun di dunia youtube, bernama Ustad Abdul Somad (selanjutnya ditulis UAS). Melainkan hendak menampilkan nilai-nilai apa saja yang bisa kita petik dari kepribadian kedua alim tersebut, untuk dijadikan teladan bagi umat.


Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), meraih gelar Dr HC (doktor honoris causa) atas pemberian universitas Islam tertua di dunia, Universitas Al Azhar, Kairo Mesir. Berasal dari keluarga ulama pula, bahkan ayahnya pun mendapatkan gelar Dr HC dari universitas yang sama. Ayah dan anak yang sama-sama meraih gelar kehormatan dari kampus Islam ternama. Sehingga ayah Hamka yang bernama Abdul Karim Amrullah, oleh masyarakat kampungnya di Maninjau-Agam, dipanggil dengan sebutan “Inyiak Deer” (lebih lanjut baca buku “Ayahku” karya Hamka, 1982).

Pribadi Hamka adalah seorang ulama cum sastrawan dan politisi, sudah menjadi sosok panutan umat Islam di zamannya. Tak hanya di Indonesia, nama besar beliau menggema di Asia Tenggara. Bahkan mantan perdana menteri Malaysia, Tun Abdul Razak kala meninggalnya Buya Hamka mengatakan, “Hamka tidak hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara.”

Buya Hamka telah menunjukkan kemampuan menulisnya sejak usia 17 tahun. Sejak itu sampai Buya meninggal, beliau sudah menulis 118 buku; bertemakan agama, sejarah, novel, biografi, adat Minangkabau, politik, ideologi, negara, filsafat dan tafsir Alquran yang berjilid-jilid (Rusydi Hamka, 2017). Sungguh ini bentuk produktivitas yang luar biasa, di tengah mesin cetak, perangkat penerbitan dan mesin ketik belum secanggih dan sebanyak zaman kini.

Lebih mengagumkan lagi, Buya adalah sosok otodidak dalam proses perkembangan intelektualnya yang multidisplin dan unik. Otodidak dalam artian, beliau tidak pernah duduk di bangku sekolah formal sampai jenjang universitas (Irfan Hamka, 2013). Bahkan SD pun hanya dialaminya selama 3 tahun, lalu berhenti.

Walaupun untuk pengetahuan agama, modal dasar dari ayahnya, seorang ulama pembaharu Islam di Indonesia dan pendiri Sumatera Thawalib (lebih lanjut lihat “Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942”, Deliar Noer, 1982) sudah cukup kiranya sebagai pijakan dasar dalam memahami khazanah keilmuan Islam.

Hamka kemudian dikenal dengan sikapnya yang gigih, tegas dan lurus dalam berprinsip. Ketika menjabat sebagai ketua umum MUI pusat pertama tahun 1975-1981, Hamka dengan tegas mengeluarkan fatwa terkait pelarangan (haram) perayaan Natal bersama di masyarakat. Tentulah fatwa ini menimbulkan gejolak, khususnya bagi pemerintah.

Tapi, Hamka tetaplah Hamka, yang tegak punggungnya, berpijak pada prinsip yang lurus dan tak bisa dibeli. Sebagai seorang ulama, beliau sering berpetuah, “Menjadi ulama itu seperti kue bika, dipanggang dari atas (intervensi/kemauan pemerintah-red), dipanggang dari bawah (aspirasi umat-red).” Prinsip lurusnya Buya tadi dibuktikan dengan pengunduran dirinya sebagai ketua umum MUI pusat, karena perbedaan pandangan dengan pemerintah Soeharto.

Setiap hari setelah shalat Subuh berjamaah, Buya selalu memberikan kuliah Subuh di depan para jamaahnya, yang memadati Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru. Seperti yang diungkapkan wartawan senior Rosihan Anwar (1922-2011). “...Di samping itu, pengajian dan kuliah Subuh berkembang di berbagai masjid. Akan tetapi, agaknya kuliah Subuh yang paling mendapat minat, ialah yang dipimpin oleh Hamka sendiri di Masjid Al-Azhar di Kebayoran Baru. Tafsiran Alquran yang diberikannya di kuliah Subuh itu memperoleh pendengar yang banyak...” (Rusydi Hamka, hal. 181).

Jamaah selalu memadati pengajian kuliah Subuh tersebut. Model ceramahnya sangat klasik. Diawali ceramah, selepas itu para jamaah diberikan kesempatan bertanya, baik secara langsung maupun melalui kertas yang sudah ditulis pertanyaan. Mendengar ceramahnya, kita akan mudah ingat karena bahasa dan logat Buya yang khas, suaranya yang agak parau, ditambah dengan seringnya Buya mengutip pepatah-petitih tradisional Minang (Melayu), jika hendak menerangkan sebuah perkara.

Ditambah lagi, wawasan keilmuan Islam yang dalam, Buya memang mampu membuat suatu soalan menjadi terlihat mudah, tapi bukan untuk menyepelekan. Ketika menjawab perihal hukum fiqh yang tinggi tingkat khilafiyahnya, Buya menerangkan ragam kalam ulama, seraya tak lupa mengutip ayat Quran dan Hadist. Buya adalah sosok yang sangat toleran terhadap perbedaan fiqh, masalah-masalah furu’iyah.

Kisah yang cukup dikenal masyarakat adalah, di saat Buya bertamu ke kediaman ulama Betawi KH Abdullah Syafii di daerah Tebet Jakarta Selatan. Kala itu Buya diminta menjadi imam shalat Subuh oleh sohibul bait, Buya lantas maju menjadi imam. KH Abdullah Syafii berkeyakinan qunut Subuh hukumnya sunah ab’ad dalam Madzhab Syafii, hukumnya seperti duduk tahiyat awal ketika salat Zuhur/Ashar/Maghrib/Isya.

Sebagai tokoh Muhammadiyah yang berkeyakinan tidak ada qunut Subuh, namun dengan senang hati Buya melakukan qunut Subuh demi menghormati sang tuan rumah. Buya menghormati orang yang berbeda prinsip fiqh dengan dirinya, bukan dengan cerita, tetapi melalui tindakan nyata.

Begitu pula ketika K. Abdullah Syafii bertamu ke Buya di Masjid Al-Azhar pada suatu Jumat. Ketika hendak khutbah, Buya mempersilakan kiai gaek ini menjadi katib Jumat, padahal jadwal katib sebenarnya adalah Buya sendiri. Bahkan, Buya meminta muadzin untuk azan Jumat sebanyak 2 kali, sebagaimana tradisi fiqh ulama-ulama madzhab Syafii. Semua itu Buya lakukan karena menghargai perbedaan madzhab fiqh, perbedaan yang sifatnya furuiyah belaka, bukan prinsip (ushul) baginya.

Begitulah wajah toleransi Buya terhadap perbedaan khilafiyah. Sebab baginya, persatuan umat lebih penting dan mendesak ketimbang memperlebar jurang perbedaan fiqh. Bahkan terhadap “musuh” politiknya sendiri Buya Hamka memperlakukannya dengan kasih sayang. Singkat cerita, Muhammad Yamin adalah sosok tokoh nasional yang sangat membenci Buya Hamka, karena Buya yang Masyumi dianggap mendukung (terlibat) pemberontakan PRRI di Sumatera Tengah.

Tapi, ketika Yamin sedang sakit-sakitan hendak meninggal, dia berpesan pada Chaerul Saleh agar Hamka didatangkan ke hadapannya. Dia hendak meminta maaf. Setelah Hamka datang, Yamin pun meminta maaf, sambil memegang erat tangan Buya. Sambil keduanya berurai air mata, Buya memaafkan segala kesalahan Yamin itu.
Dalam wasiatnya, Yamin meminta agar Hamka membantu proses pemakamannya di Nagari Talawi Solok, kampungnya. Dia khawatir sebab orang kampung membencinya, dikarenakan Yamin sedari dulu anti (memusuhi) PRRI dan Masyumi.

Begitu pula ketika Soekarno hendak meninggal, dia meminta agar Buya yang mengimami shalat jenazah jika dia meninggal kelak. Wasiat inipun dipenuhi Buya dengan ikhlas karena Allah. Padahal, Hamka dipenjarakan tanpa proses pengadilan selama 2 tahun lebih oleh rezim Soekarno. Bahkan di penjara yang berpindah-pindah itu Buya mengalami penyiksaan. Tapi, tidak ada dendam kesumat sedikitpun, benar-benar luas hatinya (lihat “Pribadi dan Martabat Buya Hamka”, Rusydi Hamka, 2017).




Sekarang kita berlanjut kepada figur Ustad Abdul Somad (lebih lanjut ditulis UAS). UAS adalah sosok ustad yang saat ini sedang memuncak pamornya, khususnya bagi netizen yang akrab dengan media sosial seperti youtube, facebook (fb) dan instagram.

UAS adalah seorang sarjana lulusan S-1 Universitas Al-Azhar dan S-2 Dar Al-Hadits Al-Hassania Institute, Kerajaan Maroko. Pria campuran Melayu Deli dan Riau, saat ini, tinggal di Pekanbaru dan berprofesi sebagai dosen PNS di UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Publik mungkin menilai, terlalu prematur untuk menyandingkan Hamka dan Abdul Somad. Tapi bagi saya, taklah berlebihan jika mengatakan Hamka dan UAS sama-sama menjadi panutan umat. Mengajarkan umat untuk menghargai perbedaan, toleran, ulama yang lurus, tegas dan merangkul semua kelompok Islam. Mereka mengajarkan kita semua nilai itu.

Di era teknologi informasi yang makin canggih, pemanfaatan media sosial internet menjadi keniscayaan. Puncak gelombang peradaban umat manusia dengan hadirnya abad informasi di abad 21, demikian yang ditulis futurolog Alvin Toffler (lihat “Future Shock”, Alvin Toffler, 1970).

Produksi, distribusi, penggunaan sampai pada perekayasaan konten media informasi adalah wajah peradaban manusia modern sekarang. Otomatis pemanfaatan media sosial sebagai sarana efektif dalam berdakwah adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhan dakwah modern, di era informasi-komunikasi kepada masyarakat yang cakap juga dalam menggunakannya, yang disebut netizen.

Terkenalnya UAS satu tahun terakhir ini, adalah fenomena dakwah Islam yang sebenarnya bukan hal yang baru. Sederetan nama-nama ustad (dai/mubalig) kondang, yang sudah lama terkenal jauh sebelum UAS juga pernah terjadi.

Mulai dari yang senior seperti KH. Zainuddin MZ, KH. Anwar Sanusi dan Aa Gym sampai kepada Habib Rizieq, Habib Munzir Al Musawwa, Ustad Arifin Ilham, Ustad Yusuf Mansur, Ustad Jefri Al Bukhori, Ustad Wijayanto, Mamah Dedeh, Ustad Solmed sampai pada Ustad Maulana. Umumnya mereka dikenal melalui media tv nasional.

Beberapa nama dai di atas bisa dikategorikan sebagai “ustad seleb”, yaitu para mubalig yang dikenal publik berdakwah melalui media tv, sering muncul di tv, memiliki acara khusus di sebuah stasiun tv, bahkan ramai pemberitaan dirinya (keluarga) di acara-acara infotainment misalnya (lihat “Ustadz Seleb: Bisnis Moral & Fatwa Online”, Greg Fealy dkk, 2012).

Uniknya kemunculan UAS sampai saat ini bukan karena infotainment, bukan dari media tv melainkan dari media sosial. Berbagai ceramah UAS bisa diakses oleh publik melalui youtube dan fb.

Pertanyaan kemudian adalah, “Apa penyebab sehingga dakwah-dakwah UAS selalu dinikmati, ditunggu-tunggu bahkan dihadiri oleh puluhan ribu jamaah, di setiap beliau berdakwah? Apa gerangan yang menjadi magnet penarik, keunikan, sehingga jamaah sampai ke angka 13 ribu viewers lebih menonton secara live streaming, di setiap ceramah UAS melalui fb?

Bahkan dalam ceramah-caramahnya, UAS sering menyampaikan pada jamaah bahwa jadwal “manggung” ceramah beliau sudah full sampai Desember 2018, baik di level lokal, nasional maupun internasional. Sebagai penceramah yang tak lahir dari produk infotainment dan entertainment tv, tentu  ini adalah fenomena yang menakjubkan dan unik.

Dikenal melalui youtube yang videonya dishare oleh jamaah. Bukan karena berita gosip infotainment media tentang dirinya, tetapi lebih karena luas dan dalamnya pemahaman keislaman UAS. Dikenal bukan karena skenario tv/rekayasa media mainstream, melainkann karena kehendak masyarakat Islam, yang selalu membagi video-video ceramahnya secara online.

UAS hadir pada saat yang tepat, di tengah ghiroh umat Islam yang haus ilmu agama, pengetahuan tentang syariat Islam. Ditambah menguatnya dakwah-dakwah dari sekelompok ustad yang mengidentifikasikan diri/kelompoknya dengan sebutan “Salafi”, yang terkadang isi ceramahnya cenderung memperlebar jurang khilafiyah di tengah keragaman umat dalam praktik ibadah (fiqh). Bahkan acap kali ustad-ustad tersebut dengan berani tanpa tedeng aling-aling, langsung melabeli bid’ah setiap praktik peribadatan muslim Indonesia, yang sudah mentradisi.

Tentu model dan gaya dakwah seperti di atas akan lebih mudah membuat umat terpecah-belah. Padahal sebagai muslim diwajibkan oleh Allah untuk menjaga persatuan dan berpegang teguh pada tali Allah, jangan bercerai-berai. Fenomena dakwah yang serupa ini juga berpotensi melahirkan konflik horizontal di internal Islam sendiri. UAS tampil sebagai antitesis model dan gaya dakwah yang serba menyalahkan dan membid’ahkan tersebut.

Tampilan dakwah yang berisi, luasnya wawasan perbandingan madzhab beliau (Madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali), penuh dengan guyonan cerdas ditambah logat Melayu yang khas. Menerangkan suatu perkara agama secara tegas, jelas, berdasar dalil dan selalu disisipi humor. Sehingga jamaah pun terhibur, tapi ilmunya tetap didapat.


UAS juga selalu memberikan pilihan kepada jamaah, dalam suatu perkara ibadah yang domainnya ilmu fiqh misalnya, seperti masalah qunut Subuh. UAS dengan terbuka dan gamblang memberikan pandangan tiap-tiap madzhab ulama akan hukum qunut Subuh itu. “Jangan berkelahi hanya masalah khilafiyah!”, demikian nasihat UAS yang acap kali disampaikan.

Urusan produktivitas kepenulisan, UAS sudah menulis buku-buku; “37 Masalah Populer” (2014), “99 Tanya Jawab Seputar Shalat” (2013), “33 Tanya Jawab Seputar Qurban” (2009), dan “30 Fatwa Seputar Ramadhan-terjemahan” (2011). Semua buku karya UAS tersebut bisa diakses secara gratis, baik di internet (ebook-pdf) maupun melalui aplikasi appstore/playstore. Sangat mengagumkan, UAS mempermudah umat belajar Islam secara praktis dan efektif.

Makanya taklah heran, banyak jamaah yang berujar jika UAS adalah Hamka zaman sekarang. Sebab, UAS mengedepankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan madzhab, menjunjung tinggi persatuan umat dan selalu menekankan agar umat Islam Indonesia melek politik dan berdikari dalam ekonomi. UAS selalu menyuarakan Islam dan politik tak bisa dipisahkan.

Mayoritas umat Islam di Indonesia secara ekonomi adalah kelas menengah ke bawah. Baginya perekonomian umat adalah mutlak tanggung jawab bersama umat Islam. Makanya UAS mengingatkan tentang pemberdayaan perekonomian umat dengan membangun dan mengembangkan sistem ekonomi syariah, hidupkan bank-bank syariah.

Momentum “persatuan umat” dengan aksi damai 411, 212 dan seterusnya, juga berpengaruh terhadap kesadaran umat akan politik. Ini berdampak terhadap popularitas UAS. Baginya syariat Islam hanya akan berjalan dengan baik, jika umat Islam sadar politik, cerdas dalam berpolitik. Satu-satunya jalan agar syariat Islam bisa diimplementasikan di Indonesia yang demokratis ini adalah melalui kekuasaan.

Makanya, bagi beliau pilihlah calon-calon pemimpin, kepala daerah dan legisltaif yang tidak alergi terhadap aspirasi umat. 3 (tiga) poin utama sebagai fokus politik Islam (khususnya di daerah melalui Peraturan Daerah) baginya adalah: 1) integrasikan mata pelajaran bercirikan Islam di sekolah umum (ilmu fiqh, tarikh, aqidah dan lainnya), 2) kepala daerah membuat aturan tentang zakat di daerahnya dan 3) kepala daerah diminta membuat Perda-perda yang bernuansa Islam.

Baginya semua cita-cita politik Islam tersebut, hanya bisa dicapai jika umat Islam yang berkuasa. Tapi jalan untuk mencapainya harus dengan cara-cara demokratis dan konstitusional sesuai hukum, tidak menggunakan kekerasan katanya.

Jadi taklah berlebihan, jika respons umat Islam akan kehadiran dakwah UAS saat ini sangat antusias. Hamka muda telah lahir, walaupun keduanya memiliki perbedaan. Hamka pernah menjadi pengurus Muhammadiyah, sedangkan Ustad Abdul Somad pernah menjadi pengurus Nahdlatul Ulama (Lembaga Bahtsul Masail) PWNU Riau.

UAS bergaul dengan kelompok Islam manapun seperti Muhammadiyah, Jamaah Tabligh, Tarbiyah, Perti, Persis, Salafi bahkan FPI, MMI dan HTI yang sudah dibubarkan pemerintah saat ini. UAS juga bercerita, pernah menjadi pengurus masjid Muhammadiyah di Pekanbaru selama 2 tahun. Padahal secara madzhab fiqh, dirinya berbeda dari saudara-saudara di Muhammadiyah. Tiap kali diminta menjadi imam di masjid Muhammadiyah tersebut, dengan rendah hati UAS selalu menolaknya. Dia memilih untuk menjadi makmum saja, karena menghormati jamaah Muhammadiyah.

UAS pun sering mengutip dan menceritakan kisah heroisme dan keulamaan Hamka dalam ceramahnya. UAS mengatakan, dia mengidolakan sosok Hamka, seorang ulama pejuang. Banyak kemiripan keduanya. Sama-sama memperoleh gelar dari Al-Azhar Kairo, dan produktif menulis.

Memiliki kemiripan dalam berceramah, bergaya khas, logat Melayu yang kental, suka berpepatah-petitih Melayu (Minangkabau), suara yang parau dan ceramah yang selalui diikuti oleh tanya jawab memakai media kertas yang tumpukannya melebihi tebalnya skripsi. Jamaahnya berduyun-duyun, selalu memadati masjid saat mendengar dakwahnya. Itulah beberapa kemiripan Buya dan UAS.

Terpenting adalah Hamka dan UAS sama-sama mengajarkan kita umat Islam, tentang indahnya perbedaan, pentingnya menjaga persatuan umat, kesadaran politik bernegara dan paling utama adalah tidak menonjolkan khilafiyah.
Persatuan umat yang mesti dikedepankan. Hamka dan Ustad Abdul Somad membuktikannya dengan tindakan. Ini mendesak dilakukan, karena jika umat terus berkonflik karena urusan khilafiyah, maka persatuan umat Islam hanya akan tinggal utopia belaka.

Semoga Allah senantiasa meridhoi almarhum Buya Hamka dan memberikan kemudahan dalam berdakwah bagi Ustad Abdul Somad, Sang Hamka Muda...!

Oleh: Satriwan Salim  Pengajar Labschool Jakarta-UNJ/Peneliti PUSPOL Indonesia, dalam tulisan berjudul "Buya Hamka Dulu, Ustaz Abdul Somad Sekarang" di situs Republika.co.id

Kamis, 09 November 2017

Momen Haru Saat Ayah Korban Maafkan dan Peluk Pembunuh Anaknya

Ayah dari seorang supir Muslim pengantar pizza yang jadi korban pembunuhan, mengampuni dan memeluk pelaku yang dijatuhi hukuman penjara karena berperan dalam kematian anaknya.

Pada persidangan yang dilaksanakan di pengadilan Lexington, Kentucky, AS pada Selasa 7 November 2017 kemarin, Ayah korban, Dr. Abdul Munim Sombat Jitmoud memeluk terpidana, Trey Alexander Relford, yang menangis menyesali perbuatannya.


Sang ayah mengatakan, ia memaafkan Trey karena mengikuti ajaran Islam. "Islam mengajarkan bahwa Tuhan takkan memaafkan seseorang sebelum orang tersebut mendapatkan maaf dari orang yang disakitinya," kata Abdul Munim di depan sidang. "Pintu kesempatan untuk mendapat pengampunan dari Tuhan telah terbuka... Jadi, dapatkanlah pengapunanNya. Kamu telah memiliki babak baru untuk bisa hidup lebih baik."

Pada malam bulan April 2015, Salahuddin Jitmoud sedang mengantarkan pesanan pizza terakhir sebagai supir Pizza Hut. Naas, ia dirampok dan ditikam hingga tewas di sebuah kompleks apartemen di Lexington, Kentucky. Tubuhnya ditemukan terkapar di pelataran kompleks.

Tiga orang ditahan, tapi sidang hanya memvonis Relford. Ia terbukti sebagai perencana perampokan walau menolak membunuh Salahuddin.

Relford akhirnya divonis 31 tahun penjara setelah dinyatakan bersalah atas keterlibatan dalam pembunuhan, perampokan, dan bukti yang menunjukkan bahwa ialah yang menikam Salahuddin.


Ayah Salahuddin mengatakan bahwa ia telah memaafkan Relford.

"Anakku, keponakanku, aku memaafkanmu atas nama Salahuddin dan ibundanya."

"Saya tidak menyalahkanmu atas kejahatan yang telah kau lakukan, saya tidak marah kepadamu telah menjadi bagian dari yang menyakiti putra saya." 

"Saya marah pada Iblis, saya salahkan Iblis, yang menyesatkan kamu dan membuat kamu melakukan kejahatan mengerikan ini." 

"Saya sungguh merasa iba pada orangtua kamu, mereka membesarkan kamu dan ingin kamu menjadi sukses. Kesuksesan kamu adalah kesuksesan mereka, kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan mereka." 

"Sekarang mereka harus menangis akibat kejahatan mengerikan (pembunuhan) yang telah kamu lakukan."

"Pemaafan dan pengampunan adalah anugerah terbesar dalam Islam. Saya harus mengeluarkan semua perasaan saya untuk memaafkan orang yang telah menjahati keluarga saya."

Hakim tampak terisak saat menutup sidang, sementara dengan menangis si pembunuh meminta maaf atas perbuatannya. Diiringi tangis ibu pelaku, Relford kemudian dipeluk erat oleh Abdul Munim. Sang ayah korban lalu berbisik di telinga Relford, "Setelah nanti keluar dari penjara, berbuat baiklah".

Sumber: CNN

Deretan Foto Suasana Pertempuran Surabaya, November 1945

Peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 adalah salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran antara pasukan Indonesia melawan pasukan sekutu yang dimotori tentara Inggris ini adalah bukti keberanian para pejuang meski dengan persenjataan tak berimbang.

Dokumentasi peristiwa tersebut sangat lengkap dalam literatur sejarah, namun untuk dokumentasi dalam bentuk foto atau rekaman video ternyata sangat sedikit. Salah satu foto ikonik saat Bung Tomo tampak sedang berpidato yang lekat dengan peristiwa 10 November, ternyata diambil saat beliau berpidato di Mojokerto guna mengumpulkan sumbangan untuk korban perang Surabaya.

Foto-foto suasana pertempuran justru bersumber dari pihak luar. Imperial War Museum (IMW), museum yang didanai pemerintah Inggris, menyimpan dokumentasi situasi pertempuran Surabaya yang cukup beragam. Tentu saja karena foto-foto tersebut berasal dari arsip militer Inggris, pertempuran lebih banyak terlihat dari sisi pihak sekutu.

Berikut deretan foto suasana pertempuran Surabaya beserta kronologisnya.

Dua tentara infantri Inggris berlari di sebuah jalan di kota Surabaya saat bertempur melawan pejuang Indonesia

Tentara infantri Inggris berlindung di sisi jalan

Tentara Gurkha berlindung di balik tank Stuart Inggris

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan di Jakarta, para pejuang di seluruh Indonesia bangkit untuk merebut wilayah yang dikuasai Jepang. Para pemuda Surabaya pun segera merampas peralatan militer Jepang dan berhasil memperoleh banyak senjata. Gerakan pemuda Surabaya segera diorganisir untuk bersiap menghadapi ancaman dari pihak penjajah yang ingin kembali mengklaim untuk berkuasa.

Ancaman tersebut benar datang pada tanggal 25 Oktober 1945, 5000 tentara dari Divisi 23 sekutu yang dipimpin Brigadir AWS Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka segera masuk kedalam kota dan mendirikan pos-pos pertahanan di delapan titik strategis.

Tentara Gurkha melindungi konvoi tank ringan jenis Stuar milik Inggris

Tentara Inggris sedang memegang senapan Jepang dan bom molotov yang disita dari pejuang Indonesia.

Warga sipil mengungsi meninggalkan kota Surabaya

Misi awal mereka adalah ingin menyita senjata Jepang yang telah dikuasai pejuang rakyat. Pejuang menolak keras permintaan mereka sampai akhirnya sekutu urung melucuti senjata yang telah dikuasai pejuang.

Tapi rentetan peristiwa penyerangan dan ancaman yang dilakukan pihak sekutu membuat pejuang marah. Penyerangan tentara ke sekutu ke penjara Kalisolok untuk membebaskan perwira Belanda, kolonel Huiyer dan penyebaran pamflet peringatan untuk menyerahkan senjata dengan ancaman tembak ditempat, membuat militer Indonesia geram dan memerintahkan menyerbu seluruh pos pertahanan Inggris di Surabaya.

Anggota palang merah dari warga keturunan Tionghoa bersiaga menanti korban luka

Tentara Inggris dengan sejana jenis Bren berlindung dari serbuan pejuang.

Tumpukan goni berisi pasir melindung pos penjagaan yang dilengkapi senapan mesin

Serangan besar-besaran pada tanggal 28 Oktober 1945 dimulai pada pukul 4.30 pagi. 30.000 pejuang bersenjata api ditambah 100.000 rakyat dengan senjata tajam menggempur delapan pos Sekutu. Serangan tiba-tiba tersebut memaksa Sekutu menyerah dan meminta berunding.

18 perwira dan 374 serdadu sekutu tewas, luka-luka dan hilang dalam serangan. Sementara 6000 pejuang Indonesia gugur, luka dan hilang. Andai perang dilanjutakan Brigadir Mallaby yakin mereka akan habis.




Setelah Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta berunding dengan Mallaby pada 29 Oktober, dicapai kesepakatan gencatan senjata dan kota Surabaya dikuasai penuh oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Indonesia.

Peristiwa tak terduga terjadi pada 30 Oktober 1945. Saat para anggota Kontak Biro dari kedua belah  pihak (yang bertugas mensosialisasikan genjatan senjata) mendatangi beberapa tempat yang masih terjadi pertempuran, kesalahpahaman terjadi. Brigadir Mallaby yang menolak permintaan pemuda agar pasukannya yang terkepung menyerah, terlibat insiden baku tembak dan akhirnya tewas.

Bangkai mobil Brigadir Mallaby yang hangus terbakar akibat ledakan granat yang dilempar tentaranya sendiri

Seorang sersan tentara Inggris mengecek rongsokan mobil Brigadir Mallaby setelah terlibat kontak tembak dengan pejuang Indonesia

Suasana kota mencekam selama pertempuran

Bangkai arteleri Jepang yang digunakan pejuang Indonesia melawan Sekutu

Meski dari berbagai kesaksian perwira Inggris di tempat kejadian yang mengatakan pihak Inggrislah yang pertama kali memulai tembakan, pihak sekutu tetap marah besar. Letjen Christison mengultimatum pejuang Indonesia untuk menyerah. Jelas pihak Indonesia menolak dengan tegas karena yakin peristiwa tersebut adalah kecelakaan.

Diam-diam, sekutu mengerahkan pasukannya secara besar-besaran memasuki kota Surabaya. 24.000 tentara dari Divisi 5 Inggris dikomandoi Mayjen RC Mansergh menyusup masuk. Kapal perang dengan 1500 marinir juga merapat ke Surabaya. Dan berbagai jenis pesawat tempur  dan tank Sherman dengan persenjataan tercanggih saat itu diterjunkan.

Tentara Gurkha membongkar blokade yang dibuat pejuang di sebuah jalan di Surabaya


Coretan berisi pesan semangat juang memenuhi dinding sebuah bangunan di kota Surabaya

Pada 9 November 1945 jam 2 siang, Mayjen Mansergh mengultimatum Indonesia. Isi ultimatum tersebut sangat melecehkan pejuang:

Seluruh pimpinan Indonesia, termasuk pimpinan gerakan pemuda, kepala polisi, dan kepala radio Surabaya harus melapor ke Bataviaweg tanggal 9 November pukul 18.00. Mereka harus berbaris satu persatu membawa segala jenis senjata yang mereka miliki. Senjata tersebut harus diletakkan di tempat yang berjarak 100 yard dari tempat pertemuan, setelah itu orang-orang Indonesia harus datang dengan tangan di atas kepala mereka, dan akan ditahan, dan harus siap untuk menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.

Ultimatum yang tak masuk akal tersebut ditanggapi dengan perlawanan. Komandan pertahanan kota Soengkono dihari yang sama pada jam 5 sore mengadakan pertemuan dengan seluruh unsur kekuatan rakyat di Markas Pregolan 4. Ia menawarkan untuk meninggalkan kota bagi yang merasa tak mampu, namun seluruh pejuang bertekad mempertahankan Surabaya sampai titik darah penghabisan. Para ulama juga turut andil mengobarkan semangan jihad pada para santrinya yang ikut berjuang.

Pengungsi keturunan Tionghoa meninggalkan kota Surabaya 

Kapal tanker bekas Jepang; OSAKA MARU terbakar di pelabuhan Surabaya

Seorang kepala polisi Indonesia menerima 18 senapan dan 200 amunisi untuk menjaga keamanan sekitar. Senjata didapat dari hasil sitaan tentara Sekutu. Tiga hari setelah foto ini diambil, Tentara Pejuang Indonesia menguasai kembali senjata tersebut.

Seorang tentara Gurkha mengamati tank ringan yang dirampas dari pejuang Indonesia. 

Secara resmi, pada pukul 10 malam, Gubernur Surabaya, Soeryo menyatakan menolak ultimatum Inggris melalui radio. Radio perlawanan yang dipimpin Bung Tomo menyerukan panggilan Jihad untuk membakar semangat juang rakyat. Pidatonya yang berapi-api hingga kini masih bisa di dengar.

10 November 1945 jam 6 pagi, tepat setelah batas waktu ultimatum habis, Inggris menggempur kota Surabaya dari darat, laut dan udara. Pengeboman membabi buta tersebut menimbulkan banyak korban sipil. Pasar Turi yang sedang ramai, terkena hujan bom dan menewaskan ratusan penduduk sipil.

Tentara Gurkha dari Divisi 5 yang terluka sedang menunggu evakuasi setelah terjadi baku tembak dengan tentara Indonesia di pinggiran kota Surabaya.


Penduduk sipil ditangkap tentara Gurkha karena dituduh menjarah.


Tentara Gurkha memborbardir posisi pejuang di kota Gresik (10 mil dari Surabaya) dengan meriam 3,7 inchi.

Selama tiga minggu pertempuran tak seimbang tersebut berlangsung, tercatat lebih dari 20.000 rakyat Surabaya tewas. Sementara 150.000 orang terpaksa mengungsi meninggalkan kota. Surabaya luluh lantak. Sementara Inggris mencatat 1.500 tentaranya tewas, luka-luka atau hilang.

28 November 1945 adalah perlawan terakhir dari pejuang yang terjadi di daerah Gunungsari. Meski secara sporadis kontak tembak masih terjadi di beberapa tempat. Namun secara de facto perlawanan pejuang telah berhenti.

Tentara Gurkha berlindung dibalik tank Indonesia yang rusak


Warga sipil mengantri air bersih. Selama pertempuran, pasokan air bersih berhenti mengalir di kota Surabaya.


Tentara Gurkha sedang bertempur melawan Sniper pejuang Indonesia di sebuah desa diluar kota Surabaya


Pengumuman yang ditempel oleh tentara Indonesia di Surabaya, meminta pasukan Gurkha yang berasal dari India untuk tidak ikut bertempur melawan Indonesia.

Indonesia kalah dalam pertempuran tersebut. Namun pertempuran Surabaya menjadi bukti bahwa rakyat Indonesia rela berkorban jiwa raga untuk mempertahankan kemerdekaan. Slogan "Merdeka atau mati" benar-benar terbukti. 10 November akhirnya ditetapkan sebagai hari pahlawan oleh Presiden Soekarno setahun kemudian.

Sumber foto : Imperial War Museum